Selasa, 15 Januari 2008

tugas UAS komunikasi kontemporer

Hedwigis Vallent Zettiara (153 060 219)
Kelas : B


“E – Public Relations VS Public Relations Konvensional”
Public Relations atau yang sering dikenal dengan kata PR memiliki berbagai pengertian dan kegiatan yang dilakukan. Dan PR sendiri terdapat dua cara dalam penyajiannya, yakni e-PR dan PR konvensional. Kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu e-PR dan apa itu PR konvensional, sebelum menganalisis perbandingan e-PR dengan PR konvensional.
Humas atau public relations merupakan suatu kerja manajemen atau fungsi manajemen, maka dari itu kerja humas haruslah menerapkan prinsip-prinsip manajemen. Sedangkan tugas seorang humas adalah melakukan kegiatan yang tugasnya berupa menjembatani perusahaan tempat praktisi itu bekerja dengan public, menjaga hubungan baik antara perusahaan dengan public. Dan seorang praktisi humas mempunyai tanggungan yang berat, dimana dia mampu menjaga citra baik perusahaan bahkan memberikan citra baik perusahaan dan juga tidak merugikan public, dimana harus terjadi saling pengertian dengan tidak merugikan satu sama lain. Seperti contoh tidak menutup-nutupi hal buruk yang dilakukan perusahaan, dan tidak juga membohongi publik, beban berat ini yang harus dikerjakan dan dihadapi oleh seorang praktisi PR, dimana seorang PR ini harus mampu bersifat jujur dengan tidak merugikan perusahaan dan public.
Adapun kegiatan – kegiatan yang dilakukan humas antara lain adalah harus dapat membangun hubungan yang baik dengan pihak luar dan juga membangun hubungan antara pemimpin dengan bentuk kerja sama seperti komunikasi yang baik antara atasan dengan bawahannya. Membangun hubungan yang baik dengan pihak – pihak yang selama ini telah melakukan kerja sama dengan perusahaan yang kita wakili serta menjaga hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar dan komunitas – komunitas masyarakat tertentu. Menjalin hubungan yang baik dengan pemerintah, serta menjalin hubungan yang baik dengan media.
Hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh seorang humas adalah menyalagunakan kepercayaan, ini dapat berupa membocorkan rahasia, korupsi dll. Memberikan informasi-informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, yang sumbernya tidak jelas dan tidak dapat dicek. Mengadakan kerja sama dengan individu atau kelompok yang dapat merugikan individu-individu lainnya, baik dari segi moral maupun segi lainnya. Menggunakan metode-metode, cara-cara, teknik-teknik manipulasi yang dapat mengakibatkan seseorang atau orang akan kehilangan kebebasannya untuk bertindak sebagai respons terhadap tindakan-tindakan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Sasaran humas adalah publik, public merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memiliki karakteristik kepentingan yang sama, intinya sasaran humas bukanlah perorangan melainkan orang ramai. Dalam praktik public dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni, internal dan eksternal, yang dikatakan publik internal adalah mereka yang bekerja diorganisasi atau lembaga, meliputi karyawan, pemegang saham , dan public pengelola. Sedangkan yang dikatakan sebagai public eksternal adalah mereka yang berada diluar organisasi atau lembaga, seperti komunitas lokal disekitar perusahaan, public pers yang mencari sumber-sumber berita, dan publik pemerintah.
E-PR adalah penerapan dari perangkat ICT (Information and Communication Technologies) untuk keperluan PR. Dunia yang ditenggarai oleh Internet, di mana setiap aktivitas secara langsung atau tidak langsung ditenggarai oleh Internet, karena itu setiap bentuk aktivitas PR semakin membutuhkan satu atau lebih unsur ICT. Hal ini berarti bahwa setiap praktisi PR perlu memiliki perangkat ICT dan terampil dalam menggunakannya, dan tentu dalam hal ini tanpa ICT kegiatan PR mereka tidak akan efektif. Pada prinsipnya untuk menggunakan perangkat tersebut tidak diperlukan suatu keahlian atau learning curve yang tinggi.
E-PR juga lebih dari pengertian di atas, mengingat hal tersebut mencakup pengetahuan untuk menerapkan kapan perangkat dan keahlian tersebut harus diterapkan dan pengaruhnya apa. Disiplin E-PR pada prinsipnya mengikuti pinsip "membangun hubungan". E-PR merujuk ke para praktisi yang pandai mencari, mengevaluasi, dan menyebarkan pengetahuan atau berita dari intranet dan internet untuk memproses komunikasi. Praktisi E-PR harus seorang yang handal dalam berselancar di dunia maya dan tahu ke mana saja mereka harus berselancar untuk membangun brand.

Seorang praktisi E-PR mampu mengembangkan content untuk format distribusi apa saja (media cetak, radio, TV, situs web, e-mail, iTV, PDA, WAP, Usenet dan sejenisnya) agar dapat dengan tepat menjangkau berbagai macam audiens. Dan tahu kapan ia harus mempromosikan dan bilamana ia harus memberi tanggapan dan bereaksi.
E-PR adalah satu-satunya cara untuk membangun brand di dunia yang tidak kasat yaitu dunia maya mengingat internet telah menghadirkan dunia maya di samping dunia nyata, demikian seperti yang dikatakan oleh David Phillips, penulis dari buku terkenal yg berjudul Online Public Relations, sewaktu mendefinisikan E-PR ke dalam beberapa pengertian.
Komunikasi yang dilakukan PR konvensional yang bersifat informative dan persuasive dilaksanakan dengan tertulis, yaitu dengan menggunakan surat-surat, papers, bulletin, brosur, dll. Lisan, mengadakan briefing, rapat-rapat, diskusi, ceramah, dan sebagainya. Conseling : menyediakan beberapa anggota staf yang telah mendapatkan latihan atau pendidikan untuk memberikan nasehat-nasehat kepada para karyawan, turut memecahkan masalah-masalah pribadi mereka, atau mendiskusikannya bersama.
Sehingga kegiatan PR konvensional lebih bersifat kegiatan-kegiatan fisik, misalnya dengan mengadakan press conference, press realese, broser, spanduk, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan ini tidak bisa ditinggalkan , karena masyarakat tidak bisa dengan mudah menerima isi editorial yang telah disediakan website, tetapi public juga membutuhkan sesuatu yang bersifat riil dengan adanya kegiatan-kegiatan bersifat fisik humas. Dengan ini dapat disimpulkan kemajuan teknologi memang dapat membantu orang dalam melakukan sesuatu, tetapi kita juga harus bisa membatasi diri, dan tidak boleh tergantung pada internet, karena tidak semua yang kita kerjakan melalui internet dapat semudah, segampang yang kita kira dan banyak hal-hal negatif juga yang ada pada internet.





“ Opini Tentang E – Public Relations VS Public Relations Konvensional”
Pada dasarnya kegiatan e-PR dengan PR konvensional hampir sama, hanya saja penerapannya yang sedikit berbeda. E-PR lebih unggul dibandingkan dengan PR konvensional, diantaranya adalah melalui teknologi internet, para praktisi PR mampu langsung menjangkau audiens mereka tanpa harus diintervensi oleh para penyunting naskah maupun para reporter yang bertindak sebagai penjaga pintu dan yang melakukan sensor terbitnya suatu informasi. Mampu membangun hubungan yang bersifat one to one secara cepat dan interaktif. Lebih fleksibel dan ekonomis dari PR yang dilakukan di dunia nyata. Menyediakan informasi yang lengkap tentang institusi secara kontinyu dan konstan dan dapat merespon dengan cepat.
PR konvensional bergantung pada perantara (reporter atau wartawan), sedangkan e-PR pesan – pesan koorporat langsung disampaikan kepada target public. Mampu membangun digital brand images. Membina hubungan yang baik dengan berbagai media, melalui media center online. E-PR digunakan sebagai sarana komunikasi pasar global. Dapat langsung memperoleh feedback dari public serta mengetahui secara langsung keinginan - keinginan mereka. Mendukung departemen pemasaran melalui 3 R, yakni ; relations dengan berbagai target audiens, reputations melalui penggunaan teknologi modern, relevantions memberi informasi yang relevan dengan keinginan target audiens. Itulah berbagai keunggulan yang dapat ditampilkan oleh e-PR dibanding dengan PR Konvensional.
Selain hal tersebut, komunikasi konstan, internet bagaikan sekretaris pribadi yang tidak pernah tidur dengan target audiens nya seluruh dunia. Internet mampu merespon secara cepat dan semua permasalahan dan pertanyaan dari para prospek dan pelanggan. E-PR mampu menguasai pasar global, karena dengan internet mampu menutup jurang pemisah geografis. Lalu feedback dapat diperoleh dari pelanggan atau pengunjung webside perusahaan. Selain itu, e-PR sangat hemat, dengan internet kita tidak perlu mengeluarkan uang banyak. Karena cukup memberikan informasi secara jelas melalui webside semua orang bisa melihatnya, daripada kita mengadakan press conference yang harus mengeluarkan banyak dana dan persiapan yang matang.
Namun, Seperti halnya kegiatan e-PR hanya sebagai penunjang keberhasilan dan kesuksesan kerja seorang praktisi PR, dimana hal-hal dan kegiatan-kegiatan yang tidak bisa dikerjakan secara fisik oleh seorang praktisi PR, dapat diselesaikan oleh kegiatan e-PR, begitu juga sebaliknya apa yang tidak bisa dilakukan e-PR dapat dilakukan oleh PR konvensional. Intinya kegiatan PR konvensional dan e-PR saling berhubungan dan dapat saling mengisi. Dan walau bagaimanapun kegiatan komunikasi massa dan interpersonal ini selalu dibutuhkan dan tidak bisa dihilangkan dengan hadirnya teknologi seperti e-PR, komunikasi massa seperti pers, radio, film, televisi sudah menjadi kebutuhan pokok publik, public tidak bisa hanya mengharapkan internet tetapi public membutuhkan sesuatu sungguhan yang hangat bisa langsung dilihat dan dimiliki, seperti media dll, public buta tanpa membaca dan ketinggalan berita tanpa membaca media.
Aktivitas PR banyak diuntungkan dengan adanya media internet. Internet hanyalah salah satu dari sekian banyak media yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku PR yang kenyataannya di Indonesia sekarang ini belum dimaksimalkan. Mudah – mudah an para pelaku PR di tanah air kita akan memaksimalkan media internet agar turut memberikan kontribusi dalam membangun citra suatu perusahaan. PR konvensional ini akan selalu diperlukan, dan untuk menunjang kegiatan-kegiatan tersebut agar semakin sukses maka dibutuhkanlah kegiatan seperti e-PR, karena kegiatan ini tidak terbatasi jarak dan waktu yang membatasi. Dan sisi lainnya e-PR ini akan menambah wawasan luas dan hal-hal baru dalam dunia teknologi.